Basic
Steps dalam Menempuh Kedaulatan Energi
Indonesia
memiliki banyak berbagai sumber daya alam yang melimpah. Mulai dari panas
matahari, berbagai bahan tambang, hasil pertanian dan keanekaragaman hasil laut
yang melimpah. Bila semua ini tidak di manfaatkan dengan baik, maka ini semua
akan terbuang sia-sia.
Sebenarnya
kita bisa menjadi negara maju dan bisa bersaing di ranah internasional dalam masalah
energi terbarukan, jika kita saling bahu-membahu antara semua lapisan
masyarakat, para mahasiswa, para pakar ahli dan juga tak kalah penting yaitu
peran dari pemerintah. Ini semua satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan jika
kita ingin mencari solusi untuk energi terbarukan.
Dalam
menempuh kedaulatan energi diperlukan step by step dalam mencari solusi yang
selama ini permasalahan energi di indonesia sudah kompleks dan mendesak.
Hal
ini sudah jelas disebabkan karena demand (permintaan) akan energi, baik dalam
bentuk BBM maupun listrik terus meningkat melebihi kapasitas produksi di dalam
negri. Dalam data www.migas.esdm.go.id,
cadangan minyak Indonesia dari waktu ke waktu terus berkurang. Terbukti
cadangan minyak Indonesia saat ini hanya 4,03 miliar barel atau berada di
peringkat 27 dunia dan pada tahun 2011 produksi minyak indonesia hanya 902.000
barel per hari. Bila tidak ada penemuan
baru, maka dalam 20 tahun ke depan, Indonesia mengimpor seluruh kebutuhan minyaknya.
Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan langkah-langkah yaitu:
1. Mengurangi
konsumsi BBM
Ini
masalah yang sangat kompleks, bila konsumsi BBM tidak ditemukan solusi yang
tepat. Pemerintah dalam membuat kebijakan tentang pengurangan penggunaan BBM
dalam Perpres No 15 Tahun 2012 yang salah satunya aturan tentang kendaraan dinas
tidak diperkenankan menggunakan BBM bersubsidi, ini tidak memberikan efek yang
kuat terhadap krisisnya energi kita. Diperlukan lagi kebijakan yang signifikan
agar krisis energi teratasi. Penggunaan BBM kita terus meningkat karena adanya penggunaan
kendaraan pribadi yang terus meningkat dan penurunan penggunaan angkutan umum.
Terlihat dari data statistik bahwa pengguna bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi
sebagian besar adalah kendaraan pribadi, utamanya mobil pribadi.
“Dari
data statistik, Pengguna BBM bersubsidi 53% adalah mobil pribadi, 40% sepeda
motor, dan sisanya adalah angkutan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen
Statistik Ekonomi dan Moneter BI Hendy Sulistiowaty, di Jakarta. (www.infobanknews.com).
Apakah masalah ini terus dibiarkan? Sedangkan kebijakan dari pemerintah hanya
melakukan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi dan tidak memikirkan cadangan
minyak kita yang terus menipis. Dan juga kendaraan pribadi yang terus meningkat
seiringnya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat pula. Salah satu upaya
basic steps untuk mengurangi konsumsi BBM disamping pembatasan penggunaan BBM
bersubsidi juga diperlukan pembenahan terhadap angkutan umum di semua daerah termasuk
ibu kota maupun perkotaan yang berada di daerah. Banyak masyarakat mengeluhkan kondisi
fisik angkutan umum serta pelayanan yang didapat masih sangat buruk. Staf
pengajar Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Atmajaya,
Yogyakarta Imam Basuki, untuk meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada
(UGM) mengungkapkan, pengembangan sistem angkutan umum dan pergerakan kendaraan
pribadi perlu dikembangkan secara terencana, terpadu antar berbagai jenis moda
transportasi sesuai dengan besaran kota, fungsi kota, dan hirarki fungsional
kota dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan karakteristik moda,
perkembangan teknologi, pemakaian energi, lingkungan, dan tata ruang. Untuk itu
guna memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan mampu berkompetisi dengan
kendaraan pribadi, perlu dibuat indikator dan tolok ukur yang diperlukan bagi
pelayanan angkutan umum perkotaan. "Mestinya kebijakan pembangunan transportasi
darat dapat mendorong penggunaan angkutan massal untuk menggantikan kendaraan
pribadi diperkotaan sebagai upaya pelaksanaan pembatasan kendaraan pribadi dan
diperlukan indikator kinerja pelayanan yaitu aksesibilitas,
kehandalan/ketepatan, keselamatan, kenyamanan, pentarifan, prasarana dan sarana,"
ujarnya menambahkan. (www.okezone.com).
Jika angkutan umum segera dibenahi, maka dengan seiringnya waktu, pengguna
kendaraan pribadi akan beralih kepada angkutan umum. Dengan demikian penggunaan
cadangan minyak akan lebih bisa bertahan lama, anggaran APBN untuk subsidi BBM
akan berkurang, kemacetan yang menjadi kendala di ibu kota maupun perkotaan di
daerah pun berkurang dan global warmingpun akan berkurang dengan berkurangnya
polusi kendaraan yang meningkat.
2. Energi
terbarukan
Untuk terus tidak ketergantungan dengan minyak
sebagai ketahanan energi kita maka diperlukan langkah untuk menemukan energi
pengganti. Ada banyak cara untuk melakukan energi terbarukan. Dengan langkah
yaitu:
1. Mengubah
pemakaian BBM untuk pembangkit listik ke pemakaian batubara, gas, geothermal,
dan air.
Sebagaimana juga
dicetuskan oleh Menteri ESDM Jero Wacik menyampaikan hal ini dalam keterangan
persnya seusai rapat terbatas kabinet membahas energi,di Kantor Presiden
Kamis,
3 Mei 2012. (www.presidensby.info/index.php/fokus/2012/05/03/7889.html).
Ini
merupakan hal sangat efektif bila kebijakan ini benar-benar dilaksanakan karena
bisa mengurangi pemakaian minyak kita. Sebagai contoh, penggunaan batubara dan
gas bumi (yang selama ini hanya difokuskan untuk ekspor) untuk pembangkit
listrik menggantikan BBM terbukti mengurangi pemakaian BBM untuk pembangkit
listrik, dari 34% (kompas.com, 5 Juni 2006) pada tahun 2006 menjadi 29% pada
tahun 2008 (kompas.com, 4 Juni 2008). Metode ini sangat terbukti efektif untuk
mengurangi BBM kita walaupun sedikit mendampakkan efek polusi.
Kemudian
potensi energi geotermal Indonesia yang sebesar 27.000 MegaWatt (atau 40 persen
potensi energi geotermal dunia) merupakan yang terbesar di dunia. Sayangnya,
potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2008, tidak sampai 8
% potensi energi geotermal yang dimanfaatkan untuk PLTPB, padahal dari potensi
energi panas bumi saja sudah hampir mampu untuk mencukupi kebutuhan listrik di
Indonesia tahun 2008 yang sekitar 29.000 MW, atau bahkan lebih dari seperempat
kebutuhan listrik Indonesia tahun 2020 yang diproyeksikan sebesar 100.000 MW.
Selain
energi energi geotermal langkah yang digunakan adalah penggunaan nuklir untuk
membangkitkan listrik. Terlepas dari perseteruan antara WALHI vs BATAN seputar
pemanfaatan nuklir untuk PLTN, data badan energi A.S. tahun 2006 menunjukkan
bahwa fuel cost untuk energi nuklir merupakan yang terendah (US$ 0,0172 per
kWh), di bawah batubara yang US$ 0,0237 per kWh ; sementara minyak bumi adalah
yang tertinggi (US$ 0,0963 per kWh). Hanya saja, biaya operasi dan maintenance
untuk PLTN masih lebih tinggi daripada batubara. Pemerintah sendiri berencana
membangun sampai 3 PLTN dengan total kapasitas minimal 3.000 MegaWatt, dan
diharapkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2016. Indonesia sendiri ternyata
memiliki cadangan uranium yang luar biasa melimpah di Papua, Kalimantan Barat,
dan Kalimantan Tengah.
Kemudian
langkah alternatif lain yang mungkin bisa diperhatikan adalah potensi biomass
sebagai sumber energi. Masyarakat Indonesia sendiri sudah memanfaatkan biomass
untuk memasak sejak dahulu, yang umumnya berasal dari batok kelapa, kayu bakar,
serbuk gergaji, maupun sekam atau merang padi. Di Indonesia, perkebunan kelapa
sawit di Kalteng saja berpotensi menghasilkan listrik lebih dari 200 MW. Belum
lagi biomass yang berasal dari tempat dan sumber lain di Indonesia, seperti
sekam padi dan ampas tebu. Pengadaan listrik dari biomass juga dapat mengurangi
pengangguran, karena dapat digolongkan sebagai kegiatan padat karya.
Adapun
energi panas matahari juga cukup menjanjikan. Pulau Kalimantan yang terletak di
khatulistiwa mendapatkan intensitas radiasi matahari yang konstan sepanjang
tahun. Di pulau Kalimantan, intensitas puncak radiasi pada tengah hari bisa
mencapai 1,02 kW / m2. Dengan asumsi efisiensi terendah (15 %) dan luas panel
400 m2, maka potensi daya maksimum yang bisa dibangkitkan adalah 61,5 kW (atau
rata ? rata harian sebesar 20 kW). Kendala dari pembangkit listrik tenaga surya
ini adalah hanya dapat beroperasi jika ada sinar matahari.
Pilihan
lainnya adalah penggunaan incinerator. Incinerator adalah sejenis pembangkit
listrik yang menghasilkan energi listrik dari pembakaran sampah. Setiap 250 ton
sampah per harinya dapat menghasilkan energi listrik sekitar 6,5 MW. Artinya,
jika 40 persen dari sampah di Jakarta yang produksinya sampai 12.000 ton per
harinya dapat diumpankan ke incinerator, maka energi listrik yang dibangkitkan
dapat mencapai 125 MW. Keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi volume dan
berat sampah. sedangkan kerugiannya adalah dapat menghasilkan senyawa deoxin
yang berpotensi memicu kanker. Tetapi, dengan teknologi sekarang, emisi deoxin
ke lingkungan dapat dikurangi sampai 99,7 persen.
Sebagai
tambahan, produksi BBM melalui metode alternatif seperti BBN (Bahan Bakar
Nabati) berupa biodiesel dan bioethanol serta BBM sintetis dari proses coal
liquefaction (destilasi cair batubara) perlu juga mendapat perhatian dan apa
yang saya sampaikan tadi, mengingat Indonesia adalah negara pengekspor batubara
kedua terbesar dunia, dan akan lebih baik jika batubara ini diproses di dalam
negri menjadi BBM sintetis (premium dan solar) untuk memenuhi kebutuhan BBM
domestik daripada sekedar mengekspornya ke luar negri.
Berikut adalah langkah-langkah untuk
menuju kedaulatan energi. Bila langkah-langkah ini dijalankan dengan baik, maka
negara kita tidak akan kawatir dengan krisis energi yang akan melanda kita.
Kita di anugrahi oleh sang maha kuasa dengan berlimpahnya SDA kita Dan SDM pada
negara kita sudah cukup memadai bahkan tak kalah bersaing dengan SDM di negara
lain. Hanya saja langkah-langkah dari semua ini, basic stepsnya adalah peran pemerintah masih kurang. Pemerintah
hanya mementingkan elit politiknya saja. Sungguh saya riskan melihat demokrasi
dan birokrasi di negara kita masih sangat buruk. Mari para elit politik
bersama-sama merubah dan mereformasi birokrasi dan demokrasi kita demi
terwujudnya stabilitas dan ketahanan energi kita yang baik. Semoga pemerintah
lebih serius memikirkan alternatif ini, tidak hanya menurunkan harga BBM,
memajukan jam belajar sekolah, dan kebijakan lainnya yang sebenarnya tidak
tepat untuk mengatasi krisis energi di Indonesia.
Sumber:
·
info bank news
·
Okezone.com
·
Website presiden RI Dr. H Susilo Bambang
Yudhoyono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar